Ekstraksi
merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan
lain-lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan
dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi.
Pada proses ekstraksi dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau
yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang
akan diisolasi. Penggunaan sampel segar lebih disukai karena penetrasi
pelarut yang dig selama penyarian kedalam membran sel tumbuhan secara
difusi akan berlangsung lebih cepat, selain itu juga mengurangi
kemungkinan terbentuknya polimer berupa resin atau artefak lain yang
dapat terbentuk selama proses pengeringan. Penggunaan sampel kering
dapat mengurangi kadar air didalam sampel sehingga mencegah kemungkinan
rusaknya senyawa akibat aktivitas anti mikroba.
Beberapa macam metode Ekstraksi :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam sampel dalam pelarut yang sesuai selama 3×5 hari.
Prinsip Maserasi :
Pelarut akan menembus ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
sehingga akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka senyawa kimia yang
terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan merendam 10 bagian simplisia
atau campuran simplisia dengan derajat kehalusan tertentu, dimasukkan
kedalam bejana. Tambahkan pelarut sebanyak 70 bagian sebagai penyari,
tutup dan biarkan 3-5 hari pada tempat yang terlindung cahaya. Diaduk
berulang- ulang serta diperas, cuci ampas dengan cairan penyari
secukupnya, hingga didapatkan hasil maserasi sbyk 100 bagian. Pindahkan
kedalam bejana tertutup dan biarkan ditempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari.
Keuntungan metoda maserasi :
Teknik pengerjaan dan alat yang digunakan sederhana serta dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah metode penyarian secara berulang- ulang senyawa
bahan alam dengan menggunakan alat soklet. Sokletasi merupakan teknik
penyarian dengan pelarut organik menggunakan alat soklet. Pada cara ini
pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah.
Prinsip Sokletasi :
Prinsipnya adalah penyarian yang dilakukan berulang-ulang sehingga
penyarian lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit.
Bila penyarian telah selesai maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan
sisanya berupa ekstrak yang mengandung komponen kimia tertentu.
Penyarian dihentikan bila pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak
berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok.
Keuntungan metode sokletasi :
– Sampel terekstraksi secar sempurna, karena dilakukan berulang kali dan kontinu.
– Pelarut yang digunakan tidak akan habis, karena selalu didinginkan
dengan kondenser dan dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi
dipisahkan.
– Proses ekstraksi lebih cepat (wkt nya singkat)
– Pelarut yang digunakan lebih sedikit.
Kelemahan Sokletasi :
– Tidak cocok untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil terhadap panas (senyawa termobil), contoh : Beta karoten.
Cara mengetahui ekstrak telah sempurna atau saat sokletasi harus dihentikan adlh :
– Pelarutnya sudah bening atau tidak berwarna lagi
– Jika pelarut bening, maka diuji dengan meneteskan setetes pelarut pada
kaca arloji dan biarkan menguap. Bila tidak ada lagi bercak noda,
berarti sokletasi telah selesai.
– Untuk mengetahui senyawa hasil penyarian (kandungannya) , dapat
dilakukan dengan tes identifikasi dengan menggunakan beberapa pereaksi.
3. Perkolasi
Merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik yang sesuai secara lambat menggunakan alat perkolator.
Prinsip Perkolator :
1. Dilakukan dg merendam 10 bagian sampel dg derajat kehalusan tertentu
dg cairan penyari sebyk 2,5- 5 bagian, perendaman sekurang-kurangnya
selama 3 jam dalam bejana tertutup.
2. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dlm perkolator, sambil
sesekali ditekan secara hati-hati, tuang dg cairan penyari secukupnya
hingga cairan penyari menetes (bahan harus terendam cairan penyari).
3. Tutup perkolator biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes selam 1
ml/menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian perkolat.
4. Tutup dan biarkan selama 2 hari ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya.
5. Pada cara ini pelarut dialirkan melewati sampel sehingga penyarian
lebih sempurna. Tapi metoda ini membutuhkan pelarut yang relatif banyak.
4. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan
menggunakan pemanasan pada suhu 30-40oC. Metoda ini digunakan untuk
simplisia yang tersari baik pada suhu biasa.
5. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain,
dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat
kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air
secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai
suhu 90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain
flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh
volume infus yang dikehendaki.
6. Dekokta
Proses penyarian dengan metoda ini hampir sama dengan infus, perbedaanya
terletak pada lamanya waktu pemanasan yang digunakan. Dekokta
membutuhkan waktu pemanasan yang lebih lama dibanding metoda infus,
yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90oC. Metoda ini jarang
digunakan karena proses penyarian kurang sempurna dan tidak dapat
digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang termolabil.
7. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan teknik pemisahan atau pengelompokan kandungan kimia
ekstrak berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua
pelarut yang tidak bercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda
Tujuan Fraksinasi :
Tujuan fraksinasi adalah memisahkan senyawa-senyawa kimia yang ada di
dalam ekstrak berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa-senyawa yang
bersifat non polar akan tertarik oleh pelarut non polar seperti heksan
& pertolium eter. Senyawa yg semipolar seperti golongan terpenoid
dan alkaloid akan tertarik oleh pelarut semi polar seperti etil asetat
& DCM. Senyawa-senyawa yang bersifat polar seperti golongan
flavonoid dan glikosida akan tertarik oleh pelarut polar seperti butanol
dan etanol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar