Selasa, 29 September 2015

KROMATOGRAFI

Kromatografi adalah teknologi untuk memisahkan sebuah campuran menjadi komponen-komponen penyusunnya. Teknologi ini melibatkan dua bagian penting yaitu bagian yang bergerak dan bagian yang diam. Bagian yang bergerak dimaksudkan kepada sampel campuran yang akan dipisahkan menjadi komponen penyusunnya, sedangkan bagian yang diam ditujukan kepada suatu bahan yang digunakan untuk memisahkan campuran. Bagian yang bergerak dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan mobile phase, sedangkan bagian yang diam biasa disebut dengan stationery phase.
Munculnya istilah “bagian yang bergerak” dan “bagian yang diam” adalah berdasarkan atas proses kerja kromatografi. Dimana sampel sebuah campuran yang biasanya telah larut di dalam zat pelarut, dilewatkan ke dalam sebuah material khusus yang diam sehingga proses pemisahan campuran dapat terjadi. Sampel campuran akan terpisah menjadi komponen-komponennya berdasarkan perbedaan relatif kemampuan komponen-penyusun-campuran untuk terikat dengan zat lain. Sebagai satu contoh agar kita lebih memahami prinsip dasar kromatografi, mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
20140217-031430 PM.jpg
Prinsip Dasar Kromatografi
(Sumber)
Gambar di atas adalah sebuah proses pemisahan petroleum eter, atau lebih kita kenal sebagai bensin, menjadi beberapa komponen zat yang memiliki perbedaan warna. Proses ini diperkenalkan oleh seorang ahli botani bernama Mikhail Tsvet pada tahun 1901 sebagai pencetus teknologi kromatografi. Pada percobaan ini ia menggunakan petroleum eter sebagai “bagian yang bergerak”, dan mengalirkannya ke dalam sebuah kolom kaca bening berisi bubuk kalsium karbonat yang berfungsi sebagai “bagian yang diam”.
Hasil percobaan di atas adalah terpisahnya petroleum eter ke dalam beberapa warna pigmen tumbuhan yakni hijau (klorofil), kuning (xanthophyll), dan oranye (karoten). Seperti yang nampak pada ilustrasi di atas, ketiga zat penyusun tersebut terpisah dan berada pada tingkat elevasi yang berbeda pada kolom kalsium karbonat. Hal ini terjadi karena ketiga pigmen tersebut memiliki nilai afinitas yang berbeda antar ketiganya.
Afinitas adalah derajat kemampuan sebuah atom atau molekul untuk terikat secara kimia dengan atom atau molekul lainnya. Semakin besar nilai afinitas suatu zat, maka semakin mudah ia untuk terikat dengan zat lain. Pada percobaan kromatografi di atas nilai afinitas dari ketiga pigmen tersebut dari yang tertinggi hingga yang terendah berturut-turut adalah klorofil, xanthophyll, dan karoten. Sehingga nampak bahwa sesaat setelah petroleum eter dimasukkan ke dalam kolom kalsium karbonat, yang bereaksi lebih dulu dan menghasilkan warna hijau adalah pigmen klorofil (paling atas). Disusul dengan xanthophyll yang bereaksi dengan kalsium karbonat membutuhkan waktu yang lebih lama, dan pigmen karoten yang membutuhkan waktu paling lama untuk bereaksi dengan kalsium karbonat sehingga menimbulkan warna oranye pada sisi bawah kolom.
20140217-035451 PM.jpg
Percobaan Kromatografi Pada Laboratorium
(Sumber)
Penggunaan kromatografi dikelompokan menjadi dua tipe yakni untuk kebutuhan laboratorium dan untuk kebutuhan produksi. Pada laboratorium, kromatografi digunakan pada sebuah campuran atau larutan kimia untuk mengetahui zat-zat penyusun campuran tersebut. Sedangkan untuk kebutuhan produksi, prinsip kromatografi digunakan untuk produksi masal suatu zat. Salah satu contoh adalah proses demineralisasi air yang menggunakan prinsip kromatografi pertukaran ion untuk mengikat mineral-mineral di dalam air. Air hasil proses demineralisasi biasa digunakan untuk bahan baku pembangkit listrik tenaga uap sebagai media kerja siklus air-uap air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar